Kuliner

Gerakan Konsumsi Ramah Lingkungan

bambu-indah-sayan-epicurina-bali-food-blog-01 bambu-indah-sayan-epicurina-bali-food-blog-03 bodag-maliah-nasi-campur-bali-epicurina-01 cuca-epicurina-bali-food-blog-01 locavore-epicurina-bali-food-blog-01

Selain dari menjamurnya restoran-restoran instagenic dan tempat-tempat sarapan sehat, Bali selama beberapa waktu telah menjadi rumah dari gerakan-gerakan komsumsi ramah lingkungan. Gerakan seperti Farm to Table, Slow Food, Locavore, semuanya mengusung persamaan niat untuk mengkonsumsi hanya bahan makanan yang diproduksi lokal, dengan radius maksimum 100 km.

Niat baik ini muncul karena beragam alasan, antara lain: pola hidup ramah lingkungan, mengurangi penggunaan BBM, pemberdayaan petani, produsen, dan bahan makanan lokal, serta pemanfaatan bahan baku lokal segar yang umumnya jauh lebih enak dibanding bahan impor beku.

Memajukan Kesejahteraan Petani Lokal

Berjalan naik turun selama 15 menit menyusuri pematang sawah sungguh pengalaman yang unik untuk sekedar makan siang. Namun bagi sebagian orang, hal ini merupakan pengalaman menarik dan layak ditempuh, untuk menuju lokasi tempat makan yang satu ini.

Berawal dari cita-cita ingin membuat suatu sistem pertanian dan perkebunan yang seimbang secara alami dengan minimalnya ketergantungan terhadap produk dari luar, Sari Organik aktif menjalin kemitraan dengan petani sekitar, termasuk mengadakan pelatihan-pelatihan terkait tata cara bertanam organik.

Menyadari kebutuhan untuk memproses bahan-bahan yang mereka panen menjadi produk makanan jadi, dibangunlah Warung Bodag Maliah. Nama warung yang berarti “wadah dengan isi berlimpah” ini kemudian menjadi ujung tombak Sari Organik dalam memperkenalkan kelezatan dari masakan organik dan gaya hidup sehat yang menyertainya.

Bodag Maliah menawarkan aneka hidangan berbahan baku organik, baik ala Bali maupun menu Barat. Selain sayuran segar, Bodag Maliah menggunakan campuran beras organik lokal jenis Jatiluwih atau Limboto (merah), dan Ijo Gading (putih), kedua varietas ini ditanam juga di sekitar Sari Organik. Adapun untuk proteinnya, rata-rata berasal dari ayam yang diternakkan secara lokal dan tradisional.

Selain dari makanan segar, Sari Organik juga membuat aneka jenis fruit wine, memanfaatkan buah-buahan lokal yang  tumbuh di Bali, misalnya anggur, manggis, dan buah naga.

Tantangan dan Rintangan

Walaupun memiliki tujuan yang bagus, bukan berarti gerakan-gerakan ini tidak menemui rintangan. Salah satu rintangan yang kerap ditemui misalnya penyediaan bahan baku lokal berkualitas, yang dapat bersaing dengan produk impor.

Duo Chef Eelke Plasmeijer dan Chef Ray Adriansyah dari restoran Locavore di Ubud misalnya, sebelum berhasil membuka sendiri restorannya ini, mereka telah mengucurkan keringat selama bertahun-tahun untuk mencari bahan baku lokal berkualitas. Tantangan muncul karena hampir semua pemasok daging di Bali hanya memiliki persediaan daging impor. Mengatasi hal ini, Chef Eelke memilih untuk membeli hewan secara utuh dari peternak lokal, lalu mengolahnya sendiri menjadi aneka produk charcuterie: salami, ham, dan head cheese. Tidak ada bagian terbuang, dan tidak perlu tergantung lagi dengan pasokan bahan impor.

Untuk persediaan sayur pun, mereka harus mencari sendiri bahan berkualitas Internasional ke petani-petani lokal. Butuh waktu sekitar dua tahunan sebelum mereka akhirnya puas dengan pemasok yang mereka miliki, sekaligus mencapai prestasi di mana sekitar 95% bahan yang mereka pakai adalah bahan lokal.

Slow Food

Tergerak untuk melawan dominasi makanan fast food di kota-kota besar, gerakan Slow Food International mengajak masyarakat untuk tidak tergesa-gesa dalam mengkonsumsi makanan, dan kembali kepada pola makan yang lebih bersahabat dengan lingkungan, di antaranya dengan memakan hidangan yang memiliki karakteristik “lambat” dalam artian dibuat dengan sewajarnya, bukan karena tuntutan bisnis untuk menyajikan semuanya dengan cepat.

Di Bali, gerakan Slow Food saat ini secara aktif mengadakan workshop mengenai pola konsumsi yang baik, ramah lingkungan, termasuk untuk para produsen lokal agar memiliki kemampuan untuk menciptakan bahan berkualitas.

Slow Food Bali saat ini aktif mengkurasi daftar dari restoran-restoran yang mereka anugerahi “Snail of Approval” berdasarkan kesesuaian dengan prinsip-prinsip slow food. Beberapa penerima anugerah ini adalah Locavore, Bali Buda, Cuca, dan Dapoer di Bambu Indah.

(byms)

 

***

Bayu Amus (Epicurina)

www.blog.epicurina.com

ig @epicurina

RELATED NEWS

Top
https://www.infopedas.com/wp-content/uploads/2021/09/logo-pedas.png