Featured

THE WOMEN: POWER OF CHANGE

Secara global Hari Perempuan Internasional diperingati setiap tanggal 8 Maret. Banyak isu tentang peran dan perlindungan terhadap kaum perempuan merebak sesaat sebelum atau seusai perayaan tersebut. Tentang bagaimana perempuan berjuang mempertahankan hak-haknya, tentang bagaimana perempuan berhasil melepaskan diri dari stigma sosial yang ngawur dan kelewat batas, hingga perjuangan perempuan yang terus berjalan hingga sekarang.

Di Indonesia sendiri, perayaan serupa jatuh pada setiap tanggal 21 April, hari yang sama dengan hari kelahiran ibu Kartini. Perempuan yang sangat berpengaruh pada masanya dalam menanamkan poin emansipasi yang kini telah makin dimengerti banyak pihak.

EMANSIPASI PEREMPUAN

Apakah yang dimaksud dengan emansipasi? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, emansipasi berarti 1) pembebasan dari perbudakan; 2) persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat (seperti persamaan hak kaum wanita dengan kaum pria). Kata ‘sakti’ ini terus menjadi kekuatan kaum perempuan untuk berjuang mempertahankan haknya dalam berbagai bidang, termasuk mendapat mengakuan dan pendidikan yang layak.

Saat bicara emansipasi, tidak jarang pula orang mengaitkannya dengan feminisme dan kesetaraan gender. Feminisme di Indonesia memang tidak sevulgar di negara-negara Barat. Beruntungnya, masih ada norma sosial yang berjalan seiring dengan masuknya pemahaman-pemahaman baru mengenai feminisme ini. Setiap perempuan juga harus mengerti akan batasan bergerak dalam usaha emansipasinya. Maksudnya harus jelas dan langkah-langkah yang diambil tidak merusak tatanan yang sudah ada. Misalnya saja dalam sebuah keluarga, meski perempuan sebagai istri mempunyai hak untuk menyampaikan pendapat tetapi tetap harus menghargai dan menghormati suaminya dalam mengambil atau menentukan keputusan.

PEREMPUAN: AGEN PERUBAHAN

Memasuki era milenial, kita berharap bahwa semakin banyak orang yang berpikiran terbuka dan mau menerima perubahan. Akan tetapi, tidak jarang terjadi gesekan yang bisa jadi akhirnya berujung pada konflik dan kekerasan. Menghadapi masalah ini, perempuan dianggap memiliki kekuatan besar sebagai agen perdamaian. Perempuan yang sejatinya mendambakan keharmonisan tentu akan mampu mengajak bertoleransi dan bertenggang rasa antar sesama.

Pernah mendengar istilah The Butterfly Effect dalam Chaos Theory? Teori tersebut mengatakan bahwa kepakan sayap kupu-kupu yang terkesan lemah di pedalaman Amazon ternyata mampu memicu badai besar di Dallas, Amerika Serikat setelahnya. Refleksi dari hal tersebut, adalah tindakan apapun yang dilakukan oleh perempuan (yang terkesan lemah) akan memberikan pengaruh kepada orang lain, baik disadari atau tidak.

Sedari sekarang, kita harus menyadari bahwa sebenarnya perempuan dapat menjadi agen perubahan yang memiliki peran penting di seluruh aspek kehidupan. Tidak harus menunggu menjadi pemimpin atau menjabat posisi teratas di perusahaan, sebagai seorang istri atau ibu saja, perempuan memiliki peran besar untuk membangun keluarga.

PENGARUH PEREMPUAN DALAM BERBAGAI BIDANG

Melihat perkembangan yang terjadi, di seluruh dunia, kini perempuan memiliki lebih banyak kekuatan dan pengaruh, entah itu dari aspek sosial, politik, dan ekonomi. Masyarakat yang dinilai konservatif sekalipun telah mulai terbuka dengan perubahan meski kemajuannya belum bisa dibilang merata dengan baik.

Dalam bidang sosial masyarakat, saat ada pemilihan kepala daerah, tidak jarang para perempuan juga maju untuk mencalonkan diri dan mengambil peran. Sebagai contoh yang paling nyata, Indonesia bahkan pernah dipimpin oleh presiden perempuan. Meski demikian, memiliki lebih banyak jumlah perempuan yang berada dalam kursi parlemen sebenarnya belum tentu terkait dengan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Hal tersebut tetap dipengaruhi oleh sistem yang berjalan.

Peningkatan jumlah perempuan dalam posisi politik dan publik memang penting, tetapi pada kenyataannya tetap saja tidak berarti perempuan memiliki otoritas yang mutlak terhadap pengambilan keputusan yang ada. Terlebih, dengan sistem masyarakat yang sudah terlanjur dipengaruhi budaya patriarki yang kuat. Perlu disadari bahwa masih ada diskriminasi yang mewarnai. Mengingat kesenjangan antara kapabilitas perempuan yang tertulis dan dalam prakteknya, kita harus realistis tentang sejauh mana perubahan yang akan tercipta dari segala keputusan yang telah diambil.

Selama ini, perempuan menghadapi masalah berlipat antara cara agar dipercaya dan mendapatkan akses dalam memimpin atau menjadi sosok penting dalam pengambilan keputusan di berbagai bidang, serta cara untuk memberikan pengaruh atau mengatasi masalah yang datang setelahnya. Perempuan kerap diandalkan dalam kehidupan bermasyarakat, namun justru diremehkan di bidang lain seperti politik. Oleh karena itu, perlu adanya penyesuaian diri dan pandangan terbuka agar kesetaraan gender yang dimaksud dan diperjuangkan banyak pihak selama ini tidak berujung sia-sia.

Lalu, pada masa kini, kapan seorang perempuan mendapatkan peran atau representasi?

Tidak mengherankan jika para perempuan elit adalah yang paling mampu mendapat tempat bahkan dalam bidang politik sekalipun. Untuk mendapatkan akses ke jabatan publik dan pengambilan keputusan di bidang politik, seringkali membutuhkan uang di muka dan koneksi kuat, meski hal tersebut sangat disayangkan. Dalam beberapa kasus yang wajar, perempuan mendapat representasi atau peran dalam penting dalam sebuah bidang jika memiliki pendidikan tinggi dan keahlian yang mumpuni. Perlu digarisbawahi sekali lagi, memang pendidikan mampu mengubah segalanya.

Selain itu, sikap yang diterapkan di lingkungan keluarga juga sedikit banyak membentuk karakter kepemimpinan perempuan. Ini juga masih bisa tercermin dalam sebuah keluarga di mana suami tetap membiarkan pasangannya berkarya dan berpendapat dalam berbagai keputusan yang menyangkut masa depan rumah tangga.

RELATED NEWS

Top
https://www.infopedas.com/wp-content/uploads/2021/09/logo-pedas.png